Rabu, 04 Maret 2009

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

Pengertian dan faktor-faktor pendidikan

A. Pengertian Pendidikan

  1. Pendidikan dalam arti yang sederhana merupakan suatu usaha untuk membina keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
  2. Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
  3. Langeveld: pendidikan merupakan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
  4. John Dewey: pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.h. 2
  5. J.J. Rousseau: pendidikan memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. H. 2
  6. Driyarkara: pendidikan merupakan pemanusian manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.
  7. Carter V. Good:

a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.

b. The systematized learning or intructioan concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education.

Dalam arti :

a. seni, praktik atau profesi sebagai pengajar,

b. ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan binbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

  1. Ahmad D. Marimba. Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.

Unsur-unsur dalam pendidikan adalah:

Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;

Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;

Ada yang didik

Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;

Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

  1. Ki Hajar Dewantara. Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
  2. Menurut undang-undang no 2 th 1989. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan pesdik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
  3. menurut UU no 20 th 2003. pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesdik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memili kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Beberapa pengertian dasar batasan-batasan pendidikan yang perlu dipahami sebagai berikut:

  1. pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlansung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila.
  2. pendidikan merupakan perbuatan manusiawi.
  3. pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.
  4. tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini tanpak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik.

Pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab pendidikan telah ada sebelum ilmu pengetahuan.

Pengertian ilmu pendidikan:

Prof. Dr. N. Driyarkara; pemikiran ilmiah tentang realitas yang disebut pendidikan (mendidik dan dididik).

Prof. M. J. Langeveld; Paedogogic atau ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.

Dr. Sutari Imam Barnadib; ilmmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan.

Prof. Brodjonegoro; ilmu pendidikan merupakan teori pendidikan, perenungan, tentang pendidikan.

B. Faktor-faktor Pendidikan

Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, kegiatan pendidikan berkembang dari konsep paedagogi yang merupakan kegiatan pendidikan ditujukan hanya kepada anak yanng belum dewasa, menjadi andragogi yang merupakan kata dasar andro artinya laki-laki yang rupanya seperti perempuan, selanjutnya education yang berfungsi ganda, yakni “transfer of khnowledge” di satu sisi dengan “making scientific attitude” pada sisi yang lain.

Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan;

  1. Adanya tujuan yang hendak di capai
  2. Adanya subjek manusia
  3. Yang hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu
  4. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.

1. faktor tujuan; “ mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Fungsi Tujuan bagi Pendidikan;

  • Sebagai arah pendidikan
  • Tujuan sebagai titik akhir
  • Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujujan lain
  • Memberi nilai pada usaha yang dilakukan

Macam-macam Tujuan Pendidikan

  • Tujuan umum, yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan, dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemannusian yang univesal.
  • Tujuan khusus, diantaranya: terhadap perbedaan individu anak didik, perbedaan lingkungan keluarga dan masyarakat, perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa.
  • Tujuan tak lengkap, yang merupakan tujujan yan g hanya mencangkup satu aspek tujuan saja
  • Tujuan sementara, tujjuan pertingkat sesuai denga jenjang pendidikan
  • Tujuan insidentil, tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetuilan, kendatipun demikian tujuan ini tak terlepas dari tujuan umum.
  • Tujuan intermedier; tujuan perantara

Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan yaitu; nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.

2. Faktor Pendidik

Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a, orang dewasa, b, orang tua, c, guru, d, pemimpin masyarakat, e, pemimpin agama. Karakteristik pribadi dewasa susila, yaitu; mempunyai individualitas yang utuh, mempunyai sosialitas yang utuh, mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusian, bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai atas tanggung jawab sendiri demi kebahagian dirinyya dan kebahagian masyarakat atau orang lain.

Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu; a, telah mampu mandiri, b, dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya, c, memilki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap, d, kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosio kultural; e, kesadaran akan norma-norma; f, menunjjukkan hubungan pribadi dengan norma-norma.

Beberapa Karakteristik Pendidik.

  • Kematangan diri stabil
  • kematangan sosial yang stabil,
  • kematangan profisional,

Guru sebagai Pendidik Formal.

Di dalam UU Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-syarat menjadi guru, selain ijazah, dan syarat-yarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran, yaitu: syarat profisional (ijazah), syarat biologis (Kesehatan jasmani), syarat psikologis (kesehatan mental); syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran). Persyaratan pribadi adalah: berbudi pekerti luhur, kecerdasan yang cukup, temperamen yang tenang dan kestabilan dan kematangan emosional. Persyaratan jabatan pengetahuan tentang manusia dan masyarakat, dasar fundamental jabatan profesi, keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan, dalam kepemimpinan, filsafat pendidikan yang pasti.h. 20

Orang tua sebagai Pendidik di Rumah

Maa min mauluudin yuuladu a’la fitrah……………….,

3. faktor Anak Didik

Karakteristiknya adalah: belum memiliki pribadi dewasa, masih menyempurnakan aspek kedewasaannya, memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu.

4. faktor Alat Pendidikan

  • Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya pendidikan tertentu.
  • Macam-macam alat pendidikan dari segi wujud: perbuatan pendidik dan benda-benda. Dari tiga sudut pandang: pengaruh terhadap tinngkah laku anak didik, akibat tindakan terhadap perasaan anak didik dan bersifat melindungi anak didik.h. 26
  • Dasar-dasar Pertimbangan penggunaan alat adalah tujuan yang ingin dicapai, orang yang menggunakan alat, untuk siapa alat itu digunakan, efektifitas penggunaan alat tersebut dengan tidak melahirkan efek tambahan yang merugikan. H.28
  • Penggunaan alat pendidikan,tampak dalam bentuk tindakan: teladan, anjuran, suruhan dan perintah, larangan, pujian dan hadiah, teguran, peringatan dan ancaman, hukuman didasari tiga prinsip kenapa diadakan; karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat, dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.

5. faktor Lingkungan, menurut Sartain (ahli Psikologi Amerika), lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau llife processes. Pada dasarnya mencakup tempat, kebudayaan dan kelompok hidup bersama

Ilmu Pendidikan Islam

Ilmu Pendidikan Islam
(Pengantar Kuliah)

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.

Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.

Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.

Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yanglebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjtnya diperinci lagi kedalam silabus dari berbagai materi bimbingan.

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu:

  1. Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu dsb.
  2. Nilai-nilai social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.
  3. Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran pokok Islam.

Karakteristik pendidikan Islam

  1. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasr ibadah kepada Allah swt.
  2. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
  3. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian.
  4. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasr tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat manusia

Adakah Ilmu Pendidikan Islam?
Oleh :Ahmad Juhaidi *

Kritik menarik yang sering terdengar terhadap ilmu pendidikan Islam adalah

tentang dasar filosofisnya. Kritik itu sangat relevan jika kita beranggapan

ilmu pendidikan Islam yang dibangun bertolak dari ilmu pendidikan barat,

jangan-jangan ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang hanya

ditambah label Islam. Pertanyaan itu menjadi lebih penting, jika dikaitkan

dengan Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tahun.

Membangun dasar filosofis ilmu Pendidikan Islam, seharusnya merujuk kepada

pendekatan ilmiah cum doctiner, yaitu berawal dari Alquran dan Sunnah,

metodologinya ijtihad dan tata pikir reflektif. Mengutip Noeng Muhadjir,

asumsi dasar yang digunakan adalah bersumber dari pandangan filsafat

realisme metafisik yang mengakui adanya realitas yang tidak sensual empirik

dan mengakui keteraturan alam semesta sebagai ciptaan Allah.

Memahami dua dasar bangunan Ilmu Pendidikan Islam tersebut, dapat

menggunakan metodologi ijtihad dengan pemahaman hermeneutic. Hermeunitika

sering pula disebut metode integratif/induktif yang memandang pentingnya

pemahaman Alquran secara menyatu. Hermeunitik merupakan upaya mencari

kebenaran dengan cara mencari makna dari susunan kalimat, konteks budaya

yang berangkat dari linguistik. Hermeneutik berusaha mencari makna dengan

menangkap seluruh teks bacaan. Kebermaknaan sesuatu dapat dilandaskan pada

narasi bahasa, historis, hukum, etika atau lainnya.

Dengan demikian, memahami Alquran dan Sunnah untuk membangun ilmu pendidikan

Islam akan menghasilkan pandangan bahwa Alquran dan Sunnah adalah sebuah

ajaran yang utuh dan penyatu serta penuh makna bagi kehidupan manusia dalam

segala aspeknya. Apabila pendidikan diartikan sebagai upaya pengembangan

kualitas manusia atau upaya memanusiakan manusia, maka yang menjadi objek

material pendidikan Islam adalah manusia.

Acuan dasar dari komponen pokok tersebut, bersumber dari konsep tentang

manusia dan alam. Dari dua hal itu, muncul konsep dasar tentang tujuan

pendidikan, kurikulum, metode dan lain-lain.

Ajaran Islam memandang manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani.

Pandangan itu, berbeda sekali dengan barat yang melihat manusia sebagai

tubuh dan akal belaka. Konsekuensi logis dari pandangan Islam tersebut

adalah kurikulum, metode dan komponen pendidikan lain tidak memperhatikan

satu aspek saja. Fisik, akal dan hati nurani (akhlak) mempunyai tempat yang

sama dalam pendidikan Islam.

Kemampuan kreatif manusia diyakini sudah dimiliki sejak Nabi Adam AS sebagai

khalifah di muka bumi, sekaligus sebagai hamba Allah. Sebagai khalifah

Allah, manusia dituntut mampu mengelola alam dengan beragam ilmu

pengetahuan.

Namun manusia sebagai Abdullah, juga dituntut sadar akan kelemahan dirinya

di hadapan Allah. Sesuai kejadian manusia yang bertahap (QS Al Mu'minun :

12-14), kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap sesuai

ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kreativitas seperti

pendengaran, penglihatan serta pikiran. (QS An Nahl : 78)

Nilai manusia sangat ditentukan kualitas qalb. Fitrah qalb, jadi subjek bagi

kesadaran berketuhanan, mampu menerima dan melaksanakan kebenaran. Sebagai

unsur penentu tindakan manusia, qalb sangat rentan terhadap pengaruh

lingkungan, bersifat imitatif yaitu mudah mengikuti suasana lingkungan,

kapan dan di mana pun sejak lahir sampai hayatnya. Oleh karena itu, qalb

harus terus-menerus dipengaruhi oleh jalan Tuhan melalui tukar pemikiran

atau seruan sehingga tidak terkena al muhlikat (penyakit yang membinasakan).

(QS An Nahl : 125)

Mengutip Hasan Al Banna, seperti jasad, qalb memerlukan pemeliharaan,

santapan dan pengobatan. Beliau mengingatkan kepada pendidik dan dai, bahwa

penyakit qalb yang harus diwaspadai yakni nafsu popularitas, lupa diri,

cinta benda dan pangkat.

Selain konsep manusia, konsep alam menurut Islam juga menjadi acuan pokok

pendidikan Islam. Alam dalam pandangan Islam, diatur oleh Allah di arasy

yang dilakukan oleh malaikat dan roh kudus. Hal itu sejalan dengan pandangan

realisme metafisik yang beranggapan keteraturan alam diatur oleh Tuhan.

Gerakan malaikat dan roh kudus dari Allah ke bumi, dikemukakan Alquran dalam

relativitas waktu yaitu satu hari berbanding seribu tahun (QS Sajadah : 5)

dan satu hari berbanding 50.000 tahun (QS Al Ma'arij : 4).

Pengaturan dari atas arasy, menggambarkan kebesaran alam semesta dan

manfaatnya bagi manusia serta stabilitas dan regularitas fenomena alam pada

sisi lain. Kebesaran, kemanfaatan, stabilitas dan regularitas fenomena alam,

menunjukkan adanya hukum sebab akibat dengan ukuran yang pasti antarbenda

dan peristiwa (QS Al Anfaal : 38 ; QS Fathir : 43). Bumi diciptakan Allah

untuk kesejahteraan manusia (QS Al Baqarah : 29) dan disiapkan sedemikian

rupa sehingga manusia mampu mengatur dan memakmurkannya. (QS Al Baqarah : 30

dan QS Huud : 61)

Berangkat dari berbagai konsep tentang manusia dan alam tersebut, membangun

ilmu pendidikan Islam dapat dimulai dari apakah pendidikan Islam itu.

Sederhananya, pendidikan Islam adalah pendidikan yang merujuk kepada Alquran

dan Sunnah. Sebagai instrumen kehidupan pendidikan adalah upaya manusia

untuk mengembangkan segala potensi kemanusiaannya, untuk mengembangkan

kualitas hidup untuk dunia dan akhirat. Dengan kata lain, pendidikan adalah

upaya memanusiakan manusia.

Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu, tidak lain adalah bertuhan dan

cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas

memilih dan berkreasi. Dapat dikatakan, Pendidikan Islam adalah upaya

pelayanan bagi mengembangkan potensi dasar manusia dalam berketuhanan,

berbuat baik, kekhalifahan, berilmu pengetahuan dan berpikir serta bertindak

tegas.

Mengembangkan potensi bertuhan, mengharuskan pendidikan Islam berisi tentang

hal yang menyangkut tentang Tuhan serta membimbing untuk hidup dengan sikap

bertuhan yaitu mengabdi kepada ketentuan Tuhan.

Ketentuan Tuhan menyangkut Tuhan itu sendiri, alam dan manusia. Karena itu,

mengikuti aturan Tuhan berarti pula mengembangkan potensi kemanusiaan yang

terkait kepentingan hubungan dengan sesama manusia dan alam. Dengan

demikian, materi (kurikulum) pendidikan Islam tidak hanya menyangkut

hubungan dengan Tuhan (ibadah mahdhah), tetapi juga termasuk di dalamnya

materi ibadah ghairi mahdhah.

Hal itu akan lebih mendukung pengembangan potensi kekhalifahan manusia,

yaitu mengembangkan kemampuan dalam mengurus alam dan manusia sekaligus juga

merealisasikan posisi manusia sebagai Abdullah.

Jika kita kembali kepada konsep dasar di atas, bahwa alam berkembang secara

bertahap, bermanfaat, stabil, reguler dan dapat diatur manusia, maka

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang memiliki tahapan, berkesinambungan,

out put pendidikannya berguna bagi dirinya (QS At Tahrim : 6) dan

masyarakatnya (QS Al Maidah : 2).

Mengembangkan potensi

Selain hal tersebut di atas, pertanyaan yang harus dijawab untuk membangun

ilmu pendidikan Islam adalah apa substansi pendidik dan terdidik? Menjawab

dua hal tersebut, tidak bisa lepas dari konsep dasar alam dan manusia yang

dijabarkan di awal tulisan ini.

Pendidik adalah yang memberikan pelayanan mengembangkan potensi terdidik.

Pendidik seharusnya mengenal dan menguasai konsep dasar tentang manusia dan

alam. Dalam pendidikan Islam, konsep dasar tersebut bersumber dari Alquran

dan Sunnah.

Pendidik juga dituntut mempunyai loyalitas yang satu yaitu kepada Allah SWT

dan meniadakan ikatan yang lain. Hal itu akan berimplikasi kepada sikap guru

yang tidak memutlakkan pendapat manusia. Namun dalam mencapai kesempurnaan

dan saling melengkapi tersebut, pendidik dan terdidik dituntut selalu

melakukan penelitian, mendorong minat dan memperkuat motivasi terdidik agar

selalu belajar.

Pendidik pun dituntut menjadi teladan dalam segala kesempatan. Sebagai

teladan, pendidik juga belajar mengasah kemampuannya sehingga terdidik akan

lebih percaya akan kemampuan pendidiknya. Dengan belajar, pendidik akan

menyadari kekurangannya. Di samping itu, tehnik dan cara komunikasi pendidik

semestinya sesuai dengan kultur tempat pendidikan dilaksanakan.

Terlepas dari hal tersebut, subtansi terdidik berkembang dari konsep

penerima pasif informasi (classical education) ke manusia penyerap bentuk

prilaku (technological education). Konsep itu terus berkembang menjadi

konsep manusia utuh yang harus dikembangkan intelektualnya, melalui

pengembangan emosi dan penyesuaian sosial (personalized education). Konsep

tesebut akhirnya berujung pada konsep, bahwa manusia yang perlu dilatih

dialog dengan sesamanya (interactional education).

Perkembangan konsep tentang manusia tersebut berimplikasi kepada pergeseran

peran utama dalam interaksi belajar mengajar, dari mengutamakan peran

pendidik menjadi mengutamakan peran peserta didik. Keadaan itu merefleksikan

pandangan, bahwa manusia sebagai kertas kosong (emperisme) berkembang kepada

pandangan bahwa manusia berpembawaan baik atau buruk (nativisme). Akhirnya

berkembang menjadi pandangan, bahwa manusia berpotensi baik dan buruk saat

lahir dan ditentukan perkembangannya oleh keadaan lingkungan (konvergensi).

Dalam Islam seperti telah disebutkan, manusia potensial berbuat baik,

berilmu pengetahuan untuk menguasai keterampilan/khalifah, tidak

berpengetahuan saat dilahirkan serta dapat dipengaruhi lingkungan walau saat

akan menghadapi kematian. Potensi tersebut berkembang secara bertahap,

dengan kapasitas yang berbeda antarindividu. Bertolak dari hal itu, terdidik

memerlukan bimbingan untuk berbuat baik, berilmu dan menguasai suatu

keterampilan tertentu dalam waktu yang lama.

Dari uraian tersebut, secara epistemologi ilmu pendidikan Islam bersumber

dari Alquran dan Sunnah sehingga berbeda dengan epistemologi yang lain.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang sejalan dengan epistemologi ilmu

pendidikan Islam. Misalnya pandangan realisme metafisik dan hermeneutic.

2 komentar:

Masukan/Tuliskan Komentar Antum untuk perbaikan Blog saya. OK

Yang Punya Blog

Yang Punya Blog
Abdul Ajiz Kamaludin